oleh : Diata Ma
Dari jendela kelas, kulihat tonggak keangkuhan
distorsi persepsi antar kepala
terhantar kepak nyalang burungburung
tak berarah.
Aku bosan menebak di dunia ini peranku apa
‘pabila kubungkam burung di kepala
menurutmu, akankah hujan reda …
karena hadirnya hanya pendamai nuansa
sedepa dari rumus panjang,
reaksi kimia yang tersalahpahamkan
serta kesetimbangan
Sebutir hujan berbisik padaku,
“Bagaimana cara memanusiakan manusia?”
Sekadar menoleh sendiku terlampau lelah
bilamana gejolak manusiawi mereka
datangkan bah kesulitan, kadang aku ingin teriak “pembual!”
sebelum ‘ku sadar, akulah yang terhasut kelumit pembenaran
Dari jendela kelas, kulihat lawakan menggelikan
sayang kau ajarkanku untuk mempertahankan kebaikan
Usah cemas, beri saja tepukan sejuk di kepala
aku masih kuat bernyanyi
hadapi topengtopeng berlagak manusiawi
Tapi kamu tak boleh pergi secepat matahari
aku tak mau sendiri hayati hujan bulan Juni
bukankah kau kenal kenaifanku yang gampang kaubodohi?
bukankah rajin kusuguhkan puisi ‘tuk menahanmu di sini?
Tolong, temani aku satu jam lagi … tanpa badai.
belum puas kutulis geming dalam kosongnya cangkir kopi
yang berdenting nyaring
Ya, Kurasa hujan sejam lagi benar tak apa
asal jangan badai