Fik, ‘Del, Peluru Takut pada Pena Kalian
1 min read
oleh: Diata Ma
“Wahai, Persma Indonesia!
berjuanglah dengan pena ….”*
Fik, ‘Del, bagaimana kabar kalian?
Ah, tentu lebih buruk dari sekadar saksikan
produk jurnalistik disobek dan terinjak
sedang wajah wajah intelektual di sekitar
masih saja agungkan apatisme individual
tapi hela napas kalian lebih emas
dibanding emas yang tak bisa kenyangkan tuan rumah
luka yang tak sepantasnya kalian dapat
malah menunjukkan kecacatan aparat
yang katanya penegak keadilan
Fik, ‘Del, kalian harusnya tak berada di sana
‘Kala tikus tikus pemakan daging rakyat
berkeliaran dengan sejuta topeng
yang harganya jutaan
kalian harusnya menyeruput secangkir kopi
menghadap laptop, berdiskusi, dan menulis
demi negeri yang krisis literasi
Ya, barangkali peluru takut pada pena kalian
atau dunia dilanda kabut ilusi
hingga senjata api dan kata kata telah tertukar
hingga tampang penjahat tapi baik dan orang suci yang busuk
dinilai sepintas saja
hingga benar diganti bayar
hingga amanah terkontaminasi kuasa
hingga mengabur jua
batasan jernihnya nurani dan motif terselubung
“Bapak, kawan kawan kami bukan kriminal!”
Fik, ‘Del, kami menunggu di bawah langit biru
bergerak sebisanya walau kata mereka nyaris tiada guna
bersama secercah harap bahwa negeri ini masih bisa berharap
Lekas tengoklah langit, bukan cuma langitlangit
Fik, ‘Del, aku ingin menuangkan kopi
tapi dari sini aku cuma punya puisi
“…. Wahai, Persma Indonesia!
Berjuanglah dengan karya.”*
Malang, 17 Mei 2017, 23.49 WIB
* kutipan lagu Persma Berjuang
Puisi ini untuk kawan Fikri, Fadel, dan seluruh kawan yang geram melihat pembiasaan ketidakadilan